December 1, 2020

Back to Senses: Sebelum Masuk Mulut Udah Tau Rasanya, Kenapa Ya?

Coba liat deh thumbnail pic dalam postingan ini. Ngerasa seger gak sih? Bayangin rasa manis-asamnya beradu dalam mulut kita, wih kadang makan satu aja gak cukup.

Nah, bisa jadi pertanyaan nih – kenapa kita udah bisa tau rasanya, padahal makanan atau minuman yang kita liat belum nyampe ke lidah kita? Buat yang kepo, baca terus yuk!

Sebelum masuk ke pembahasan utama, aku mau jelasin dulu ya proses lidah kita akhirnya bisa mengecap semua rasa. Gustatory system atau sistem pengecapan merespon semua molekul yang terdapat pada makanan atau minuman, yang dilarutkan oleh air liur kita. Kita bisa liat ada benjolan-benjolan kecil di lidah – namanya papilla – yang melindungi ribuan sel pengecap (tastebuds) didalamnya, bertugas untuk mendeteksi rasa pada makanan. Mungkin dulu kita pernah diajarin kalau rasa bakal bisa ‘dirasain’ di area tertentu (ujung lidah buat rasa manis, etc.) – well, it’s not true. Sebenarnya reseptor rasa tersebar luas, bahkan untuk satu tastebud mungkin mengandung protein reseptor untuk beberapa rasa. Bisa diilustrasikan seperti satu rumah yang dihuni oleh banyak anggota keluarga, yang masing-masing memiliki tanggung jawab berbeda, namun gak jarang mereka juga ngelakuin tugas rumah lain. Jadi sebenarnya gaada penyusunan reseptor rasa yang jelas di lidah kita, seluruh bagian lidah bisa merasakan semua rasa dan gak terbatas pada daerah tertentu. 

Ketika makanan yang kita kunyah udah bercampur dengan air liur dan menyebar di sekitar papilla, protein reseptor akan menyeleksi molekul yang bercampur pada makanan dan mendeteksi target partikel makanan. Ibaratnya protein reseptor kaya gembok, kalau udah ketemu kunci yang cocok (dalam hal ini partikel makanan ya) mereka bakal bereaksi. Saat reseptor distimulasi, mereka akan mengirimkan sinyal melalui tiga saraf kranial menuju medulla oblongata di batang otak, lalu ke thalamus dan berakhir di gustatory cortex untuk menerjemahkan sinyal dan bikin kita sadar sama rasanya.

www.meetlalaland.com - pedas bukan rasa, dan hubungan indera pengecap dengan indera penciuman

Okay, now we dive into the main problem. Apa sih yang bikin kita bisa lebih dulu tau rasa makanan tertentu? Pertama, dari sisi penciuman. Rasa dan bau terbentuk dari persepsi bahan kimia yang ada di udara atau makanan kita dan keduanya memiliki hubungan erat. Indera pengecap dan penciuman sama-sama tergantung pada pendeteksian molekul. Secara bersamaan, kedua indera ini menciptakan persepsi dan indera penciuman kita menambah kompleksitas untuk rasa yang kita rasakan – misal kita mencium aroma dari udon, pasti lidah kita udah ‘terbayang’ rasa gurih dari kaldunya. 

Indera pengecap dan penciuman bergabung di bagian belakang tenggorokan, dan keduanya menggunakan kemoreseptor yang terdapat pada papilla di lidah kita. Selain itu juga ada aktivasi reseptor serupa di hidung yang berkoordinasi dengan aktivasi reseptor rasa, sampai akhirnya kita bisa bedain mana yang manis dan mana yang pahit. Makanya, karena kedua indera ini bersentuhan langsung dengan lingkungan, gak heran kalau kita lagi sakit kita gak bisa bedain rasa makanan karena penciuman kita ikut terganggu. 

Kedua, dari sisi visual. Kita suka berasumsi sama penampilannya, misal kita pesan minuman yang warna merah kita bakal mengasosiasikan minuman tersebut dengan rasa manis. Menurut Ndom dan kedua rekannya, meskipun gak ada kaitan sama rasa minuman yang sebenarnya, warna minuman sangat mempengaruhi tebakan kita. Sama halnya dengan plating. Makanan yang disajikan diatas piring putih akan mengarahkan persepsi kita ke rasa yang lebih kuat, karena warna makanan terlihat lebih cerah dan appetizingStewart dan Goss menjelaskan kalau piring putih bundar meningkatkan intensitas rasa makanan sebesar 30%. Besar juga ya!

Terakhir adalah dari segi emosi. Sadar atau enggak, mood kita bakal ngasih dampak pada cara kita memandang makanan loh! Berdasarkan penelitian Noel dan Dando, orang dengan mood positif bakal lebih sensitif sama rasa manis, sedangkan mood negatif akan lebih peka dengan rasa asam. Ada juga penelitian yang mengungkap kalau orang dengan tingkat kecemasan dan neurotisme yang tinggi lebih suka sama rasa manis karena mencirikan ‘perasaan nyaman.’ Para ilmuwan lagi semangat-semangatnya buat meneliti lebih lanjut terkait persoalan ini, kita tunggu perkembangan selanjutnya ya!

Satu lagi aku mau ngingetin, karena masih banyak yang menganggap kalau rasa itu ada lima: manis, asam, asin, pahit, dan pedas. PEDAS IS NOT A TASTE! Pedas merupakan sensasi nyeri dan nyeri bekerja melalui reseptor rasa sakit atau biasa disebut nosiseptor yang terdapat pada lapisan luar kulit dan selaput lendir mata, hidung, mulut, dll. Nyeri bikin kita sadar kalau ada sesuatu yang bisa ngerusak tubuh kita. Nosiseptor menanggapi sesuatu yang bisa merusak tubuh dengan mengirimkan sinyal ke otak yang bakal menafsirkan dan mengirim informasi untuk bikin lidah kita mati rasa – bersifat temporary dan gak merusak indera perasa. Rasa terakhir adalah umami, yang sebenarnya udah diidentifikasi oleh ilmuwan Jepang di tahun 1908 lalu.

Masih banyak fakta menarik lain soal indera yang satu ini, yang mungkin bakal aku bahas lebih lanjut di postingan selanjutnya. I hope you find this article helpful and stay healthy. Bhaiiii!


Sources:
Blumenrath, S. (2020, January 17th). How Taste and Smell Work
BrainFacts SfN. (2012, April 1st). Taste and Smell
Ishti. (2016, June 13th). Did You Know That ‘Spicy’ is Not a Taste?
Jones, Sarah L. The Truth Behind The Myth that Spicy Foods Kill Your Taste Buds. Retrieved November 30, 2020
Lumen Candela. Taste and Smell. Retrieved November 30, 2020
Ndom, R., et al. (2011). The effect of colour on the perception of taste, quality and preference of fruit flavoured drinks. IFE PsychologIA, 19(2)
Noel, C., Dando, R. (2015). The effect of emotional state on taste perception. Appetite, 95, 89-95
Rak, S. How Psychology Affects the Way You Taste Food. Retrieved September 14, 2020
Richardson, P., Saliba, A. (2011). Personality Traits in the Context of Sensory Preference: a Focus on Sweetness. Handbook of Behavior, Food and Nutrition, 85-97
Sherman, C. (2019, August 12th). The Senses: Smell and Taste
Stewart, P. Goss, E. (2013). Plate shape and colour interact to influence taste and quality judgments. Flavour, 2(1), 27
Vera, Lucy A., Wooding, Stephen P. (2017, July 7th). Taste: Links in the Chain from Tongue to Brain

Post a Comment

Instagram