Seringkali kita ngerasa unpleasant feelings terhadap orang-orang atau beberapa kelompok tertentu, dan alasannya pun bervariasi. Tapi terkadang kita masih belum bisa memahami apakah yang kita rasain hanya sekadar marah atau bahkan udah sampe ke level yang lebih tinggi, benci. 

Jujur selama ngelakuin riset ini, aku pun masih lost – ngerasa bias antara dua “emosi” ini. But I will try my best to describe them in brief explanation (huhu finger-cross). 

Amarah sebenarnya bukan salah satu emosi utama. Perasaan ini muncul karena ada emosi lain yang lebih dulu memicu dan membuatnya menjadi suatu media kamuflase. Bisa dibilang marah merupakan salah satu perilaku – karena kalau dilihat dari intensitas dan durasinya, marah cenderung hanya datang sesaat dan tidak mematikan perasaan atau perspektif kita terhadap orang tersebut, beda halnya dengan rasa benci. 

Pada dasarnya, marah merupakan salah satu upaya kita buat menghilangkan berbagai hambatan yang disebabkan oleh orang lain saat kita pengen mencapai atau memperoleh sesuatu. Dari sini, kita bisa menghubungkan kalau amarah merupakan salah satu bentuk respon dari adanya suatu ancaman. Blair, dalam penelitiannya, menemukan jika kenaikan tingkat ancaman akan berbanding lurus dengan level amarah seseorang. Aku ambil contoh ya; misal A, sebagai terdakwa dari kasus pencurian lagi diinterogasi sama pihak kepolisian. Dengan pertanyaan beruntun yang dilontarkan oleh petugas tersebut – dan gak memungkinkan menyudutkan posisi A juga – ia akan merasa terancam dan menjawab pertanyaan atau bahkan menyangkalnya dengan amarah. Penelitian ini juga ngebahas gimana kaitannya emosi marah melekat pada pasien PTSD. Singkatnya, ancaman yang dirasakan bisa mengubah responsivitas sehingga meningkatkan risiko kemarahan. Aku bakal bahas di postingan selanjutnya yes 😛 

www.meetlalaland.com - bedanya marah dan benci

Rasa marah kepada seseorang biasanya timbul karena ngeliat apa yang udah mereka perbuat, sedangkan biasanya kita benci "for being what they are."

Marah bisa dipicu ketika orang yang kita kenal dekat ngelakuin sesuatu yang bikin kita frustasi atau jengkel – dan hal ini cenderung bersifat come and go. Kita marah karena ngerasa bisa “mengontrol” orang tersebut atau “menuntut” kata maaf dan perubahan perilaku dari mereka. Beda sama benci. Cerita sedikit, ya. Biasanya nih, kalau ngumpul sama temen-temen dan ngeliat satuuuuu aja kelakuan atau kebiasaan salah satu orang yang gak kita kenal dekat timbul deh omongan “duh, ganggu banget nih orang” – padahal dia gak ngelakuin sesuatu yang ngerugiin kita. Pas ditanya kenapa, sering banget kita kasih jawaban “gak tau. Gak suka aja." 😂 

Dari sini sebenarnya bisa sedikit dilurusin, bukan karena kita bener-bener gak tau alasannya tapi lebih ke arah bentuk respon terhadap karakteristik dari orang tersebut yang udah bikin kita ngerasa ‘terusik’. Konfigurasi penilaian terhadap target kebencian kita berfokus pada sifat bawaan dari dirinya sendiri, makanya mau mereka ngerubah sikapnya segimana pun atau bahkan mungkin minta maaf ribuan kali – padahal mungkin mereka gak berbuat salah – sama kita, semua usaha gak akan mengurangi rasa benci kita terhadap mereka kaya yang udah dijelasin dalam penelitian Fishcer. Dibanding emosi yang lain, benci butuh lebih banyak waktu buat berevolusi – tapi sekalinya muncul, butuh waktu yang lama juga buat ngilanginnya dan gak jarang bakal ninggalin luka buat kita. Terutama pada situasi immediate hatred yang terus berulang sehingga dapat mengubah rasa benci menjadi sentimen yang bertahan lama, jadi hal yang wajar ketika seseorang mengalami suatu peristiwa buruk dan terus ada di memori mereka untuk periode yang gak bisa kita atur. 

But what should I do when I hate my closest acquaintance or may be person who I love the most? Oke, ini pasti berat banget. Pada dasarnya, love and hate itself saling berbagi area dan menunjukkan pola yang unik pada daerah putamen dan insula – hal ini menjadi salah satu alasan kenapa kedua emosi ini saling terkait satu sama lain.

Joseph Burgo merekomendasikan salah satu cara untuk mengatasi kebencian adalah melalui metode splitting dengan harapan ia dapat menemukan ambivalensi dalam hubungan manusia. Metode ini semacam mengalihkan rasa benci kita pada objek lain. Misalnya kita punya temen baik banget nih sama kita, tapi ada dari salah satu sifat dia yang kita benci – let say, being judgmental towards other – kita cenderung bakal memproyeksikan apa yang kita benci dari dia ke hal lain karena kita menganggap hubungan dengan temen kita lebih penting. Nah, biasanya disini awal mulanya. Gak jarang kita memisahkan dan mengarahkan rasa benci kita pada seseorang yang kita anggap sebagai ‘musuh’ atau mungkin orang-orang yang kita rasa pantas untuk dibenci. 

Kenyataannya ada banyak banget cara buat self-defensing yang bisa kita aplikasikan untuk mengatasi dua emosi ini. Aku gak bisa membenarkan atau menyalahkan cara tertentu, karena itu semua tergantung pada diri kita masing-masing. Cari cara yang paling efektif – kalau bisa, hindari aksi impulsif yang bisa ngerugiin diri kita. Don’t waste your energy over and keep positive. 


Sources: 
Blair, R. J. R., (2011). Considering anger from cognitive neuroscience perspective. Wiley 
Borgo, J., (2013, February 14). The Difference between Anger and Hatred 
Fischer, A, et al., (2018). Why we hate. Emotion Review 1-12 
Pogosyan, M., (2019, November 25). Understanding Hate 
Seltzer, Leon F., (2008, July 11). What Your Anger May Be Hiding. Interdisciplinary Reviews: Cognitive Science, 3(1), 65-74 
Zeki, S., Romaya, J. P., (2008). Neural correlate of hate. PLoS ONE, 3(10), e3556
It’s been a looooooong time – I guess – to finally get in touch with my beloved blog since my last post. I usually manage and make a timeline for what should I write or which project should I complete first, but next content is really tough! I mean, there’s a lot of assumption also theories I should’ve work for; and it still shown a strong bias. Well, I’m working on it, so stay tuned for my next post, comprende? 😏 

For a short intermezzo, I’m writing a light disclosure about myself (ha!) and I hope you will find them entertaining and informative. Please don’t kill me if you got bent out of shape because – oh God – this is just not me! 

Long story short, my Mom and I went for groceries – and I don’t wanna miss this opportunity to buy my stuffs with my Mom’s cash (sorry, Mom🙃) – before the outbreak. But you can’t have your cake and eat it too. Though my necessities are all set, I got quarantine and I can’t just hang out with my friends or meet with the clients freely. So, my makeup’s still in the precise amount since that day. 

In this post, I will tell you my little secret of what am I wearing when I go out. Honestly, I don’t wear a heavy makeup nor skincare as a rule (WARNING: DO NOT COPY MY BAD HABIT) because I find it too vexing. Still, not being a hypocrite, makeup and skincare are both needed for at least young adult lady. 

It started from my last year of college – it’s late, I know – for me to start searching a ‘proper’ makeup style and types. It’s been a long journey I think, but once I find the one that click with both my skin and financial state, I’m not brave enough to try the other one. 

And these are my cosmetics I regularly use for the past two years! I will put brief explanation of why I wear all these products. 


  1. Clio Kill Cover Founwear Cushion XP – #05 Sand This is my first – and probably always be – my cushion ever. It fits with my skin tone, not to bright or dark, and I love the final look. Its not so dewy and I avoid the matte finish since I have dry-to-sensitive skin, also it has a fine coverage. Head over heels in love with the case and I think the new one is pretty cool too. 
  2. Viva Eyebrow Pencil Black Produces from one of the oldest local brands for cosmetics in Indonesia. Soooo easy on the pocketbook, tender, and pigmented as well. Frequently I use it at the end of my eyebrow because of my baldy brow 😑 my Dad always told me to wear any type of brow pencil thinly since I have a grouchy face. 
  3. Maybelline Volum’ Express Turbo Boost Waterproof Mascara I admit that I’ve been trying several products for my eyelashes, but it’s kinda tricky because I have no lower lashes – well, maybe it’s right there but I barely seen them, idk😂 so my final quest is this item. It claims to give volume and thick effect for the lashes, and it suits mine since I already have a quite long lashes. 
  4. Nature Republic by Jeju Flower Balm – #02 Peach Blossom I don’t really know since when my lips are getting a little darker than usual, and once my friend asked me do I smoke or what (dude, please. I even having an allergic with smokes). I started searching any lip product to fix it. This piece is really, truly helps. My lips becoming reddish and it keeps hydrating. If I suddenly gotta phone for a meeting with my pals on my lazy days, I just wear this only and that’s it. I use it day and night before I hit the sack. 
  5. Innisfree Vivid Cotton Ink – #10 Brown Tea Tulip Well, I must say that I sort of forced when I bought this because of other’s reviews and my come-and-go consumptive behavior (like ‘hey, I need this for my life sake’). But it turns out fairly good. Its powdery and has light formula, I think. Sometimes I wear for giving an ombre color of my lips and for the apple of my cheeks – I use it for blushing since I don’t have one LOL. 
  6. Maybelline SuperStay Ink Crayon – #20 Enjoy the View My Mom keeps mad at me for always buying the same shade for my lip products – nudish brown, dusty pink – because I really love those colors, like my lips are only apt with that tones. I have a bunch of lip items since I like to purchase vary brands for different types. One day I intend to buy the classic lipstick, but all of “my shades” are sold out for any brands so I picked this up. This product is mesmerizing me. Frankly, I don’t really care about what it claims – transfer proof, long-lasting or whatever – unless for its shade. But what I really like is it has a tiny yet useful sharpener. 
  7. Zara Hi-Lo Country Eau de Parfum Fragrance is one of my favorite thing in life, but if I have to choose, I probably point this one. This is a male perfume actually but I really like how it clings with our skins. Is it just me or this fragrance releases different scents for each person? 😂 also, the small bottle makes me wanted to always drop it inside my bags. 
So that’s a wrap! Apparently it seems like a short review, right? Forgive me for my lack of makeup knowledge and its essentials – this is my first time – indeed, I’m not a beauty influencer nor beauty enthusiast. I hope you enjoy my stray-writing and see you on the next post! xx


Instagram