September 7, 2020

Embrace Yourself with Butterfly Hug

Haiiiiii! Setelah sekian lama akhirnya aku bisa nulis lagi! For the last few weeks, I struggle like A LOT from my backaches – dibilangnya sih karena posisi aku selama kerja di depan laptop gak bener dan olahraga yang terlalu diforsir + gapake pemanasan, jadinya punggungku cedera deh (tapi asli, sesakit itu 😭). Apa kabar nih kalian? Tetep jaga kesehatan ya, apalagi biasain untuk olahraga rutin dan pastiin PEMANASAN dulu. ✌🏻

Mungkin diantara kalian pasti ada dong yang udah nonton KDrama “It’s Okay to Not Be Okay?” Tema dari serial ini bisa dibilang termasuk salah satu diantara sekian banyak alur cerita yang, well let’s say; paling gak biasa, paling tabu, dan paling jarang dibahas bahkan untuk masyarakat Korea sendiri. Mungkin gak cuma di negeri ginseng aja ya, tapi hampir di banyak negara masih menganggap kesehatan mental sebagai salah satu hal yang butuh perhatian lebih. Aku berharap banget sih di negara kita lebih banyak edukasi dan sosialisasi terkait permasalahan ini, karena masih banyak dari kita yang belum memahami betul dari mental issues itu sendiri (and sex education, like please?)

For the drama, honestly, it is one of the beautiful artworks I’ve ever watched. Disaranin banget buat siapapun yang pengen belajar dasar psikologi dan males buat baca buku, jurnal, etc. buat nonton drama ini. Bagi yang udah nonton, pasti udah gak asing kan sama “The Butterfly Hug?” Disini aku bakal jelasin soal asal-usul, prosedur, dan metode-metode lain yang bisa diterapin saat kita atau mungkin orang terdekat kalian mengalami anxiety.

The Butterfly Hug pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Lucina “Lucy” Artigas dan Ignacio “Nacho” Jarero tahun 1998 lalu. Saat itu, mereka sedang menangani para penyintas yang selamat dari badai Pauline di Meksiko untuk menghadapi rasa trauma mereka. Aku ceritain sedikit yaa! 

Singkatnya, Lucy, Nacho, beserta anggota tim lainnya memberikan bimbingan psikologis kepada sekitar 200 korban baik orang dewasa maupun anak-anak di Acapulco, Meksiko. Di penghujung hari, Nacho meminta Lucy untuk memberikan kalimat penutup untuk pengalaman latihan self-soothing di hari itu. Saat itu, Lucy sedang bermain dengan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun yang kehilangan seluruh anggota keluarganya – ketika bocah tersebut melepaskan pelukannya dengan Lucy, ia bertanya, “jika kau kembali ke rumahmu, lantas siapa yang akan memelukku nanti?”

Mendengar hal itu, Lucy berpikir keras di depan seluruh kelompok, berdoa agar ia dapat membantu mereka. Perlahan ia mengangkat satu tangan ke atas dan menghadap dirinya sendiri yang diikuti oleh tangan lainnya – para korban pun mengikuti langkahnya. Ia kemudian menyilangkan tangannya, meletakkan jemarinya tepat di depan dada, dan menepuknya secara bergantian seperti kepakan sayap kupu-kupu.


Protokol ini digunakan sebagai salah satu stimulasi bilateral kepada anak-anak beberapa hari kemudian, dengan diiringi oleh bimbingan Lucy untuk menggambar ingatan terburuk mereka mengenai badai tersebut di atas pasir. Setelah beberapa pengulangan, mereka akhirnya mengungkapkan perasaan leganya kepada Lucy. “Kami merasa lebih baik.”

Voila! Akhirnya metode ini pun dikenal hingga sekarang.

Kita bisa banget ngelakuin self-help ini tanpa bantuan orang lain. Caranya, cari posisi duduk ternyaman kalian dan mulai bernapas dalam-dalam secara teratur dengan mata tertutup (bernapas melalui diafragma lebih baik loh!). Jangan abaikan seluruh emosi atau perasaan apapun yang muncul, just keep breathing. Tempatkan kedua tangan kalian secara menyilang di depan dada, letakkan jari-jari kalian tepat dibawah tulang selangka dengan ibu jari menghadap ke dagu. Kalian juga bisa mengunci ibu jari kalian – dengan begini, tangan kalian akan terlihat seperti kupu-kupu.

Kalau kalian udah merasa nyaman dengan posisinya, pernapasan kalian pun juga udah teratur, kalian boleh mulai menepuk dada kalian secara perlahan dan bergantian. Kiri, kanan, kiri, kanan, hingga kalian merasa lebih tenang. Jangan lupa untuk menarik napas dalam saat setiap kalian menepuk, okay?

Terus kenapa ya metode ini bisa membantu psikologis kita? Seperti yang udah disebutkan, The Butterfly Hug merupakan salah satu jenis stimulasi bilateral – dimana dapat berfungsi sebagai aktivator yang bisa menggabungkan informasi dari otak kiri dan otak kanan – sehingga memungkinkan kita untuk dapat berpikir menggunakan logika dan emosi kita secara seimbang.

Apart from this superb techniques, I’m gonna tell you simple ways to manage your mental sickness. Udah sering kucoba dan hasilnya emang beneran ngebantu aku buat ngelakuin aktivitas sehari-hari:
  • Accept your conditions. Banyak dari kita yang masih being denial atas apa yang kita miliki. Padahal dengan ‘menolak’ semua yang terjadi sama kita, itu gak bakal bikin diri kita menjadi lebih baik malah yang ada kita bakal terus berlarut sama masalah tersebut. Terima apa yang kita hadapi – mindfully – karena kita bisa ngerubah kehidupan kita dengan menerima, bukan dengan menyangkalnya.
  • Take a deep breath, feel it. Gak tipu-tipu, tapi ini beneran manjur banget ketika perasaan itu tiba-tiba muncul pas kita lagi beraktivitas. Misal kita lagi kerja and it comes all of sudden, yang bisa kita lakuin adalah membiarkan semua itu mengalir dalam diri kita; puas-puasin kalau mau nangis, teriak, atau bahkan marah sama keadaan. Jangan lupa untuk terus menarik napas dalam. Dengan bernapas yang dalam dan teratur akan memperlambat kerja jantung kita (yang pastinya bakal bekerja keras pas kita mengeluarkan emosi-emosi tersebut) dan tanpa disadari kita akan lebih tenang dan rileks.
  • Let all your senses work. Rasain semua yang ada di sekitar kita; angin yang menyentuh kulit, terik matahari yang bikin mata jadi silau, aroma rendang yang baru matang, apapun itu. Metode ini membantu kita untuk tetap hadir, fokus, dan menghargai apa yang terjadi sama diri kita sekarang alih-alih berfokus pada apapun yang mengganggu pikiran kita.
Itu dia bahasan mengenai Butterfly Hug dan beberapa cara yang bisa kita terapin untuk menghadapi mental illness. Untuk menutup postingan kali ini, aku bakal menyisipkan satu dari sekian banyak memorable lines dari drama “It’s Okay to Not Be Okay.”

“When you’re tired, get some rest. When you’re sad, go ahead and cry. It’s okay to take a break. Then one day, there will surely come a day when you’ll be able to run again.”

- It’s Okay to Not be Okay

See you on the next post!


Sources:
Byron Clinic. Marsha Linehan on Radical Acceptance. Retrieved on September 7th, 2020
Counseling Connections. Try the Butterfly Hug to Help with PTSD Symptoms. Retrieved on September 6th, 2020
Koopman, D. Science Shows How Crossing Your Arms and Legs Can Hugely Change Your Brain. Retrieved on September 6th, 2020
Parnell Institute. Bilateral Stimulation. Retrieved on September 7th, 2020
Terrell, D. Story of the Butterfly Hug. Retrieved on September 6th, 2020

Post a Comment

Instagram