August 6, 2020

Pada Akhirnya, Kita Harus Saling Menerima

Lagi dan lagi aku bakal ngebahas pentingnya berkomunikasi karena masih banyak diantara kita – including myself, duh – yang masih “sulit” untuk melakukan satu-satunya hal yang, kalau dipikir lagi nih, sebenernya gak sesusah itu.

Gak bisa dipungkiri setiap orang punya karakternya masing-masing, dan gak semudah itu kita bisa mengubah sifat seseorang. Mau segimanapun kita (atau mereka) janji buat ngerubah diri, ujung-ujungnya perilaku kita bakal balik lagi ke semula, bener gak? Setiap masalah yang dialami banyak orang dalam suatu hubungan; entah itu temenan dari SMA, pasangan yang udah 8 tahun pacaran, relasi atasan-bawahan yang udah kenal dari zaman Orde Baru, sampe kakek-nenek yang udah punya puluhan cicit, besar kemungkinan gak terlepas dari adanya kesalahpahaman atau miskomunikasi. But most importantly – and we really do need to underlined this – the diversity itself which we should acknowledge.


Ka Tat Tsang, salah satu professor yang kelasnya pernah aku ikutin, akhirnya memberikan sedikit ilmu untuk muridnya dalam menghadapi perbedaan. Setiap hubungan SELALU melibatkan perbedaan. Omong kosong kalau kita bilang “engga kok visi kita sama persis, malah film kesukaan kita aja sama,” atau bahkan sampe yang sebenernya udah nyadar dari awal dan bertekad “iya kita beda, tapi aku yakin dia bakal berubah. Aku bakal bantu dia buat berubah” – percaya deh, itu semua cuma pembenaran yang kita yakini walaupun sebenernya kita udah tau hasilnya.

Disini aku gak mau panjang lebar, because actually it’s pretty simple. Anggaplah perbedaan karakter sama aja kaya biodiversitas – yang kenyataannya merupakan suatu kondisi evolusi dari manusia. Kita memiliki berbagai variasi bentuk gen dan kejadian hidup yang berbeda setiap harinya, sehingga mau gak mau “seleksi alam” pun ikut campur tangan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor gimana karakter yang kita miliki sekarang terbentuk.

Perbedaan bakal selalu ada ketika kita bisa mengenal orang lain lebih baik dalam hubungan apapun; dan jika kita melihatnya sebagai bentuk evolusi, perbedaan sebenernya merupakan keadaan kita untuk tumbuh dan berkembang. Peristiwa yang kita alami setiap waktunya terkadang memaksa kita untuk menyesuaikan diri agar kita bisa “bertahan hidup.”


Keseimbangan antara persamaan dan perbedaan dengan orang lain merupakan kunci dari suatu hubungan. Alih-alih menoleransi perbedaan dan berpikir untuk mengubah sesuatu yang sulit diubah, ada baiknya kita mencoba untuk melihatnya secara positif – karena gak selamanya perbedaan yang ada dapat memunculkan suatu masalah. Kembangkan rasa ingin tau kita terhadap karakter dan cara penanganan mereka dalam satu situasi, dan analisis gimana caranya kita bisa menangani perbedaan secara konstruktif dan mungkin bisa saling menguntungkan. Kita punya hubungan sama beberapa orang tertentu pasti ada tujuannya, kan? Nah, daripada buang energi untuk mempermasalahkan diversitas karakter kita, lebih baik kita memanfaatkan perbedaan ini dengan melihatnya sebagai peluang untuk merancang sesuatu yang bersifat win-win solution. Tujuan udah sama, tinggal gimana caranya kita untuk mencapai misi tersebut dengan mengomunikasikan apa yang kita butuh.

Kalau ngeliat kenapa kakek-nenek kita bisa hidup bareng dalam waktu yang selama itu, pasti kita mikir kenapa bisa ya? Dari perspektif diatas, kita bisa nyimpulin kalau mereka pasti udah saling tau apa yang mereka butuhin. Selama mereka bersama gak mungkin mereka gaada perdebatan, but in the end they try to reconcile by communicating each other’s needs – tanpa mengubah apa yang mereka miliki dalam diri mereka. Kenali dan hargai perbedaan yang ada, dan kelola secara positif, karena gak jarang adanya perbedaan malah justru bisa membuat kita bertahan hingga saat ini.

Post a Comment

Instagram